Mengenal Risiko Saat Mendaki Gunung dan Cara Menghadapinya

Mengenal Risiko Saat Mendaki Gunung dan Cara Menghadapinya

Projusticia.id - Mendaki gunung memang menjadi salah satu aktivitas yang menantang dan menyenangkan. Banyak dari kita yang melakukannya untuk merasakan kedamaian alam, menantang diri sendiri, atau sekadar menikmati pemandangan yang memukau dari ketinggian.

Namun, di balik semua keindahan itu, terdapat berbagai risiko yang perlu kita ketahui dan persiapkan. Berikut ini adalah beberapa bahaya yang bisa terjadi saat mendaki gunung dan cara menghadapinya.


Risiko Saat Mendaki Gunung dan Cara Menghadapinya

1. Tersesat dan Berpisah dari Kelompok

Tersesat adalah salah satu risiko terbesar saat mendaki gunung. Penyebabnya bisa beragam, baik dari diri sendiri maupun faktor alam. Misalnya, kita lupa arah jalur pendakian atau kurang cermat dalam melihat tanda-tanda sehingga keluar jalur. Alam juga bisa menjadi penyebab, seperti jalur yang tertutup rerumputan karena jarang dilewati atau cuaca berkabut yang mengaburkan pandangan.

Ada juga kasus di mana pendaki berpisah dari kelompok karena berjalan terlalu jauh di depan atau tertinggal di belakang. Pendaki yang memiliki kemampuan berjalan lebih lambat seringkali tertinggal dan akhirnya terpisah dari kelompok. Untuk mengatasi hal ini, sebaiknya pendaki yang lebih lambat berjalan di tengah kelompok. Ini membantu leader mengatur kecepatan perjalanan dan memastikan semua anggota kelompok tetap bersama.

2. Bahaya Petir

Saat musim hujan, petir menjadi ancaman serius bagi pendaki. Dengan ketinggian yang lebih tinggi dan peralatan yang mengandung logam, risiko tersambar petir meningkat.

Maka dari itu, sangat disarankan untuk tidak mendaki pada musim hujan. Selain menghindari petir, cuaca buruk di musim hujan juga membawa risiko lainnya seperti badai dan tanah longsor.

3. Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah risiko nyata yang sering terjadi di gunung-gunung dengan vegetasi lebat. Musim kemarau meningkatkan risiko ini karena rumput dan dedaunan menjadi kering dan mudah terbakar.

Oleh karena itu, pendaki harus berhati-hati dan menghindari membuat api unggun yang bisa memicu kebakaran. Pada tahun 2015, beberapa gunung di Indonesia mengalami kebakaran yang parah, mengakibatkan kerusakan alam dan korban jiwa. Penting untuk selalu mematuhi aturan dan larangan dari pihak pengelola kawasan gunung untuk menjaga keselamatan.

4. Badai dan Cuaca Buruk

Cuaca buruk seperti badai bisa memaksa pendaki bertahan di dalam tenda selama berjam-jam, bahkan berhari-hari. Badai di puncak gunung seringkali tidak terduga dan bisa sangat berbahaya.

Oleh karena itu, sebaiknya hindari mendaki saat musim hujan. Jika terpaksa mendaki di musim tersebut, pastikan membawa peralatan yang memadai untuk bertahan dalam cuaca ekstrem.

5. Banjir Lahar Dingin

Gunung berapi yang masih aktif, seperti Gunung Merapi di Jawa Tengah, memiliki risiko banjir lahar dingin. Curah hujan yang tinggi bisa membawa material vulkanik dari puncak dan menyebabkan banjir di lereng gunung.

Banjir ini bisa menghancurkan jembatan dan infrastruktur lainnya. Sebaiknya hindari mendirikan tenda atau berjalan di dekat aliran sungai, terutama saat musim hujan, untuk mengurangi risiko terkena banjir lahar dingin.

6. Pohon Tumbang

Angin besar dapat menyebabkan pohon atau vegetasi di gunung tumbang, terutama di daerah dengan kontur tanah labil. Hindari berlindung di bawah pohon besar saat angin kencang dan cari tempat yang lebih aman seperti di balik bebatuan atau bukit. Mendirikan tenda di tempat yang terlindungi dari angin besar juga bisa membantu mengurangi risiko ini.

7. Gas Beracun

Beberapa gunung di Indonesia yang masih aktif mengeluarkan gas beracun. Contohnya, Soe Hok Gie, salah satu pendiri Mapala UI, meninggal karena menghirup gas beracun di Puncak Mahameru. Patuhi batas aman yang ditetapkan oleh pengelola kawasan gunung dan jangan menerobos area yang dilarang. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama.

8. Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi medis darurat di mana tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celsius. Suhu udara di gunung yang relatif rendah membuat pendaki berisiko terkena hipotermia. Oleh karena itu, bawa peralatan yang memadai seperti jaket tahan angin, sleeping bag yang hangat, dan pakaian berlapis untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil.

9. Dehidrasi

Dehidrasi bisa terjadi saat pendaki kurang minum atau air yang dibawa habis sebelum mencapai sumber air berikutnya. Untuk menghindari dehidrasi, bawa perbekalan air yang cukup dan pastikan mengetahui lokasi sumber air di gunung yang akan didaki. Juga, tingkatkan kesadaran untuk tetap terhidrasi selama pendakian, meskipun tidak merasa haus.

10. Acute Mountain Sickness (AMS)

AMS adalah gejala yang terjadi saat berada di ketinggian lebih dari 2.400 meter, seperti pusing, mual, dan muntah. Gejala ini bisa muncul tiba-tiba dan harus segera ditangani. Jika mengalami AMS, segera turun ke ketinggian yang lebih rendah dan istirahat. Kenali tanda-tanda AMS dan persiapkan diri dengan baik sebelum mendaki gunung tinggi.


Persiapan Penting Sebelum Mendaki Gunung

Untuk mengurangi risiko dan menghadapi bahaya-bahaya di atas, pendaki perlu melakukan persiapan yang matang. Berikut adalah beberapa tips untuk mendaki gunung dengan aman:

Persiapan Fisik

  • Lakukan latihan fisik secara rutin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kekuatan otot.
  • Fokus pada latihan kardio seperti berlari atau bersepeda, serta latihan kekuatan untuk otot kaki dan punggung.

Perbekalan yang Cukup

  • Bawa perbekalan yang cukup, terutama air dan makanan.
  • Pilih makanan yang mudah disiapkan dan memberikan energi tinggi.

Patuhi Aturan dan Himbauan

  • Patuhi aturan dan himbauan dari pengelola kawasan gunung.
  • Jangan melewati batas aman yang ditetapkan untuk menghindari bahaya.

Jangan Mendaki Sendirian

  • Selalu mendaki dalam kelompok untuk mengurangi risiko tersesat atau terpisah dari kelompok.
  • Komunikasikan rencana pendakian dengan anggota kelompok dan tetapkan titik pertemuan jika terpisah.

Cek Cuaca

  • Cek kondisi cuaca sebelum mendaki dan hindari mendaki saat cuaca buruk atau musim hujan.
  • Gunakan aplikasi cuaca untuk mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi cuaca di lokasi pendakian.

Bawa Peralatan yang Tepat

  • Bawa peralatan yang tepat seperti jaket tahan angin, sleeping bag yang hangat, tenda yang tahan cuaca, dan pakaian berlapis.
  • Pastikan juga membawa kompas, peta, dan GPS untuk navigasi.

Pelajari Jalur Pendakian

  • Pelajari jalur pendakian sebelum memulai perjalanan.
  • Gunakan peta dan kompas atau GPS untuk membantu navigasi dan hindari tersesat.

Kenali Gejala AMS

  • Kenali gejala AMS dan tahu cara mengatasinya.
  • Jika mengalami gejala AMS, segera turun ke ketinggian yang lebih rendah dan istirahat.


Dengan persiapan yang baik dan pengetahuan tentang risiko yang mungkin dihadapi, pendakian gunung bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan aman. Tetap waspada dan selalu prioritaskan keselamatan selama mendakian. Selamat mendaki dan nikmati keindahan alam dengan bijaksana!

Posting Komentar

Jangan tinggalkan apapun, kecuali jejak.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak