Pertumbuhan populasi dunia yang cepat telah menimbulkan kekhawatiran serius terhadap ketersediaan air bersih, terutama karena dampak yang terus berlanjut dari perubahan iklim, tingkat polusi yang meningkat, dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya air. Lebih dari 500 ahli air dari seluruh dunia telah menyoroti bahaya ini.
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, sistem distribusi air akan mencapai titik kritis yang dapat menyebabkan "perubahan besar dengan konsekuensi bencana." Ahli-ahli memperingatkan bahwa keberlanjutan sumber air bersih harus menjadi prioritas utama, sebaliknya, risiko terhadap kekurangan air akan semakin meningkat.
Adalah kesalahan jika kita menganggap air bersih sebagai sumber daya yang tak terbatas. Banyak yang bergantung pada air tanah sebagai sumber air bersih, yang tidak dapat diperbarui dalam waktu singkat. Kondisi ini telah mencapai titik kritis, dengan sekitar satu miliar orang yang bergantung pada sumber air tanah yang tidak dapat diperbaharui.
Sebagian besar populasi global saat ini hidup dalam jarak yang dekat dengan sumber air yang tercemar atau mengering. Jika masalah ini tidak segera ditangani, jutaan orang akan kehilangan akses terhadap air bersih.
Ancaman ini tidak hanya terbatas pada suatu wilayah, melainkan bersifat global. Perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana seperti kekeringan, banjir, gelombang panas, dan badai. Polusi yang dihasilkan dari limbah pupuk telah menciptakan banyak zona mati di lautan dan sungai, serta mengancam kehidupan ikan. Teknologi yang murah untuk memompa air telah mendorong penggunaan air secara berlebihan, sementara penggunaannya tidak selalu efisien.
Para petani di beberapa wilayah terpaksa pindah karena air laut yang merembes ke daratan telah merusak sumber air bersih yang ada.
Negara-negara miskin dan yang memiliki keamanan air yang lemah akan menjadi yang paling terdampak oleh krisis air bersih. Krisis ini juga akan meningkatkan ketegangan politik dan konflik di wilayah-wilayah yang sudah tidak stabil secara politik.
Tidak hanya negara-negara berkembang yang terancam, tetapi negara maju juga tidak luput dari ancaman ini. Di Amerika Serikat, sekitar 210 juta penduduknya tinggal dalam jarak dekat dari sumber air yang tercemar, dan jumlah ini terus bertambah akibat perubahan iklim. Di Eropa, beberapa sumber air bersih telah mengalami penurunan akibat penggunaan berlebihan.
Polutan juga menjadi masalah serius di negara-negara maju. Para ahli menegaskan bahwa tidak ada yang terhindar dari masalah krisis air ini.
Dalam konteks ini, pernyataan Sekjen PBB, Ban Ki Moon, pada 2013 lalu, sangatlah relevan. "Kita hidup dalam dunia yang memiliki keterbatasan air, dimana permintaan melebihi ketersediaan, dan kualitas air semakin sulit memenuhi standar minimum. Jika situasi ini terus berlanjut, permintaan akan air di masa mendatang akan sulit dipenuhi."
Krisis air bersih menjadi tantangan nyata yang harus segera ditangani oleh semua pihak. Diperlukan tindakan serius dan kolaboratif dari pemerintah, lembaga internasional, organisasi non-pemerintah, serta masyarakat secara keseluruhan untuk mengatasi ancaman ini dan memastikan keberlanjutan sumber daya air bagi generasi mendatang.